KaliandaNews, Way Panji – Kurang Lebih 700 masa masyarakat Desa
Sidoharjo Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan, gelar aksi unjuk rasa
di Pasar Desa Sidoharjo. Masa menuntut agar Kepala Desa untuk mundur dari
jabatannya, hal ini terkait atas dugaan Perselingkuhan, Jual Beli Kios dan Los
Pasar, Penyalahgunaan Dana Bantuan Pembangunan Pasar, Dana Retribusi dan Dana
Swadaya Masyarakat, Selasa (3/1).
Foto: Unjuk Rasa Warga Sidoharjo (KN) |
Berdasarkan Pantauan
Kaliandanews, sejumlah masa memulai unjuk rasa pada pukul 09.00 WIB hingga
pukul 11.00 siang. Hadir pada unjuk rasa tersebut Wakil Bupati Lamsel, Kapolres
Lamsel, Inspektorat, Camat Way Panji, Beberapa Pejabat Pemda Lamsel serta tokoh
desa setempat. Unjuk rasa dilakukan lantaran ditengarai oleh kelakuan Marjono alias
Marjana, Kepala Desanya yang saat ini dinilai masyarakat tidak pantas lagi
menjabat sebagai Kepala Desa.
Menurut keterangan Nurdin Sadar
(62), kurun waktu 3 bulan belakangan ini, tepatnya sekitar bulan 10 september,
warga sudah mulai resah atas prilaku kadesnya tersebut, pasalnya kades tersebut
kerab berkunjung kerumah perempuan yang diduga selingkuhannya hingga larut
malam dan kabarnya sampai memiliki anak dari perselingkuhan tersebut.
“sampai ada yang menegur, tapi
malah perempuan itu berkata, rumah ini rumah saya, selain pada itu mereka juga
sering beriring iringan kalo jalan. Kalau memang saksi mata tidak kuat, kami
ingin menuntut anak tersebut untuk tes DNA untuk membuktikan apakah anak
tersebut memang hasil dari perselingkuhan” Terang Nurdin yang juga Korlap Unjuk
Rasa itu.
Foto: Sejumlah Masyarakat Yang iku unjuk Rasa (KN) |
Nurdin juga menyampaikan, masyarakat
juga menuntut hak atas dana desa yang digunakan untuk membangun kios dan los
pasar. Pasalnya kios dan los tersebut di perjual belikan kepada orang yang
berada diluar desa tersebut, bukan diperioritaskan untuk warga setempat.
“Pasar inikan tanah desa, terus
dana bantuan dari Pemerintah Daerah 2014 yang digunakan untuk membangun ruko
dan los yang ada di dalam, itu dijual belikan padahal itu bantuan, terus tentang
DD saya punya RAB nya, bahwa dana DD untuk ruko-ruko di pasar ini sebagian,
setelah dijual belikan oleh warga yang diluar Desa, semacam Sidomulyo Kalianda,
terus sma orang terdekat dia. Padahal DD itu kan untuk masyarakat tapi dijualin
sama orang. Ini lah yang kami tuntut, berartikan kami tidak menikmati Dana Desa
itu. Ujarnya.
Lebih dalam nurdin menjelaskan, berdasarkan
rapat Perencanaan yang pernah diselenggarakan pihak Desa, di desa Sidoharjo akan
dibangun Sekolah SMK negeri, dan dari pihak aparat Desa meminta iuran (SWADAYA)
untuk pembebasan lahan sebesar 50 – 150 ribu rupiah, namun hingga kini
jangankan sekolahnya dana tersebutpun tidak jelas keberadaannya.
“waktu itu ada pembebasan lahan
yang akan dibuatkan SMK negeri, dan masyarakat dibebani pembayaran untuk
pembebasan lahan sebesar 350 juta, masyarakat dimintai iuran mulai dari 50 –
150 ribu, tapi ternyata berjalan 5 sampai 6 bulan, jangan kanlagi liat wujud
SMK itu, dana kami pun tidak pernah disebut dimana tempatnya tidak pernah
dibicarakan iuran tersebut, hingga sampai saat ini jangankan bangunan
sekolahanya, dananya saja kami tidak tahu kemana” Pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati
Lamsel, Nanang Ermanto yang datang langsung ke lokasi unjuk rasa tersebut
mengatakan dirinya akan mengirim tim khusus untuk menyelidiki permasalahan
tersebut dan akan melakukan proses sesuai prosedur.
“Saya sudah membaca semua
point-point yang telah menjadi tuntutan masyarakat, namun untuk menindaklanjuti
masalah ini perlu proses dan tahapan yang harus dilalui, sebelum diambil langkah
kedepannya. Ada tim yang akan akan bekerja dan menilai apakah semua yang
diadukan sesuai dengan fakta yang ada.” Tutur Nanang. (nz/kur)