Kisah Cinta Lintas Benua: Dzulfikar dan Ilaria Berakhir Dipelaminan
-->
Kategori Berita

Label

Iklan

Header Menu

Jumat, 12 Mei 2017

Kisah Cinta Lintas Benua: Dzulfikar dan Ilaria Berakhir Dipelaminan

Ijab Kabul Dzulfikar dan Ilaria | Foto: istimewa
Kaliandanews.com - Cinta membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin, berkat kebesaran Allah SWT, dua insan yang berbeda benuapun dapat bersanding dalam pelaminan. Apalagi dijaman teknologi saat ini memungkinkan orang terpisah jarak dan waktu dengan mudahnya saling berinteraksi.

Dzulfikar dan Ilaria menikah | Foto: istimewa
Adalah Ilaria Montebianco gadis cantik asal Italia nekat datang dan menemui pemuda yatim yang tinggal di Desa Tragung Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Jawa Tengah, bernama Dzulfikar.
Ilaria saat pertama kali datang ke Indonesia | Foto: istimewa
Ilaria bahkan rela menabung untuk bisa datang ke Indonesia menemui sang pujaan hati.

"Selama dua tahun saya mengumpulkan uang bekerja di sebuah restoran di Italia hanya untuk datang ke Indonesia," kata Ilaria. Saat itu Ilaria belum masuk Islam dan belum berhijab.
Foto: istimewa
Saat kedatangnnya pertamakali pada 18 April 2017 lalu ke desa terpencil itu sontak warga geger, bahkan sampai pihak kepolisian turut datang.

Dzulfikar saat itu juga tak menyangka Ilaria senekad itu datang ke desanya yang terpencil walau sekalipun belum pernah bertemu langsung tapi hanya lewat facebook.

Dzulfikar mengaku berkomunikasi dengan Ilaria memakai bahasa Inggris yang dipelajarinya secara otodidak.

Ilaria akhirnya jadi mualaf pada 1 Mei dan menikah pada Kamis 11 Mei kemarin.

Hari Indah Pernikahan

Perjalanan cinta bule Italia Ilaria Montebianco dan Dzulfikar, pemuda Desa Tragung Kandeman, Batang, memasuki babak baru yang indah. Mereka resmi menikah Kamis kemarin (11/5/2017). Sejak pagi, rumah sederhana Dzulfikar di depan SDN 01 Tragung dikerumuni tamu yang ingin menjadi saksi pernikahan insan lintas benua yang dipertemukan lewat facebook tersebut.

Para bocah di dekat rumah pun tak ingin ketinggalan momen itu. Membawa ponsel pintar milik orang tua, mereka berharap bisa mencuri-curi foto paras bule cantik asal Kota Bari yang menabung sampai dua tahun agar bisa terbang ke Indonesia itu.

Sekitar pukul 09.00, akad nikah dimulai dengan dipimpin KH Nakhrowi dari Pekalongan. Prosesi dilakukan tertutup lantaran pihak keluarga ingin menjaga privasi. Dengan mantap, Fikar –sapaan Dzulfikar– mengucapkan ijab kabul.

Tamu undangan pun dengan sigap mengeluarkan ponsel dan mengabadikan sosok Ilaria. Meski sempat dilarang, mereka tetap nekat mengabadikan momen langka tersebut. Apalagi, Ilaria yang menjadi mualaf sejak 1 Mei lalu tampil anggun dengan balutan gamis putih dengan hijab beruntai melati.

Setelah prosesi akad dan penyematan cincin di dua jari mempelai, Fikar yang didampingi ibunya, Ismoyowati, dan pakdenya, Zaenal Arifin, menemui awak media. Seperti sebelumnya, Ilaria belum bisa turut serta menemui para pemburu berita.

"Today is full of God grace (Hari ini penuh dengan rahmat Tuhan, Red)," ujar Fikar mencurahkan perasaannya setelah akad nikah. Fikar yang mengenakan kemeja putih, jas hitam, sarung batik, serta peci hitam berhias mawar merah merasa lega setelah sah secara agama menghalalkan pujaan hatinya.

Kendati tak tampak satu pun anggota keluarga Ilaria, Fikar dan keluarga mengaku sudah mengantongi izin dari keluarga mempelai perempuan. Baik untuk menikah maupun untuk pindah agama. Ilaria mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah bimbingan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Tragung KH Zainul Iroki Lc.

"Yang jelas, kami bahagia sudah bisa meresmikan hubungan kami. Kami belum memikirkan soal keturunan ataupun bulan madu," imbuhnya.

Ke depan, pihak keluarga berfokus mengurus pernikahan itu sesuai dengan perundang-undangan, baik di Indonesia maupun Italia. Setelah itu, keluarga mempertimbangkan masalah pindah kewarganegaraan Ilaria.

Ismoyowati menyatakan senang Ilaria sudah resmi menjadi menantunya. ’’Terharu sekali, semua sudah terwujud. Dia sudah saya anggap anak saya sendiri. Dia tidak pilih-pilih kalau makan. Oseng-oseng tempe, opor ayam, sayur bayam, semua suka. Sedikit-sedikit sudah bisa bahasa sini, nopo Bu? dalem Bu? Ora popo. Alhamdulillah.”

(Red|Dari berbagai sumber)