Suka Mengeluh di Medsos? Bisa Jadi Anda Mengidap Gangguan Ini
-->
Kategori Berita

Label

Iklan

Header Menu

Selasa, 16 Mei 2017

Suka Mengeluh di Medsos? Bisa Jadi Anda Mengidap Gangguan Ini

mengeluh di medsos
Ilustrasi
Kaliandanews.com - Kebangkitan era komunikasi canggih memang tidak bisa kita hindari, itu adalah sebuah keniscayaan. Dunia seakan dilipat berkat kehadiran media sosial, semua orang di dunia ini bisa saling berinteraksi kapanpun ia mau, tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Berbicara soal media sosial, tentu ada sisi baik dan buruknya, apalagi salah satu kecanggihan media sosial adalah kita bisa membagikan sebuah status, berita ataupun informasi dalam waktu hitungan detik. Semua bisa membaca status atau informasi tersebut. Tanpa jeda, langsung muncul seketika di beranda kita.

Sejak kehadiran media sosial pula, kita bisa menemukan kembali teman yang sudah puluhan tahun hilang bak ditelan bumi. Dengan media sosial pula, kita bisa mendapatkan rejeki melalui peluang bisnis, bahkan ada yang mendapatkan jodoh. Itu merupakan salah satu hal positif kehadiran media sosial. Tapi adapula yang memanfaatkan media sosial untuk berkeluh kesah.

Dilansir dari Kompas Lifestyle, tak masalah bila Anda sesekali mengeluh sakit di media sosial. Namun, bila dilakukan terus-menerus, bisa jadi Anda mengidap gangguan. Psikolog Universitas Tarumanegara, Untung Subroto Dharmawan, mengatakan gangguan dengan tipikal seperti itu disebut factitious disorder (gangguan buatan) by internet.

“Mereka adalah orang-orang yang suka mengeluh sakit di media sosial untuk mendapatkan perhatian orang lain,” kata Untung kepada Kompas Lifestyle di SCBD, Jakarta, Senin (15/5/2017).

Sejarah gangguan buatan ini dulu sering dialami oleh pasien di rumah sakit. Mereka berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian medis. Namun, factitious disorder saat ini merambah ke media sosial. Pengguna sering mengeluh sakit di media sosial untuk mendapatkan perhatian.

“Kenapa bisa begitu, bisa jadi dulunya dia ditelantarkan oleh orangtua atau guru,” kata dia.
Untung mengatakan gangguan semacam itu bukan tanpa masalah. Mereka tidak akan bisa menghadapi realitas dan cenderung mengurung diri. “Bisa jadi tidak berinteraksi dengan orang di dunia nyata,” kata dia. (red)