Jika Pemahaman Pancasila Lemah, Maka Barat Akan Jadi Episentrum Kekuatan Budaya
-->
Kategori Berita

Label

Iklan

Header Menu

Senin, 27 Februari 2017

Jika Pemahaman Pancasila Lemah, Maka Barat Akan Jadi Episentrum Kekuatan Budaya

Kalianda, KaliandaNews - Melibatkan berbagai lapisan masyarakat, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Lampung Selatan menggelar seminar dialog Nilai Pancasila dengan mengusung tema ” Nilai-nilai Pancasila Kita Tingkatkan Toleransi Antar Suku dan Agama Menuju Lampung Damai dan Sejahtera”.
Dialog yang berlangsung di Aula Prajurit Kantor Kesbangpol setempat, Senin (27/02/2017), membahas seputar tentang arti nilai-nilai besar yang terkandung dalam pancasila, dimana terdapat lima butir terkandung dalam Pancasila yang menjadi dasar landasan Negara Indonesia.

Kabid Politik Kewaspadaan Nasional Kesbangpol Lampung Selatan Ismed Darmanto, mengatakan, Pancasila yang dijadikan sebagai landasan dasar negara, yakni Pancasila memiliki kedudukan secara yuridis konstitusional dalam Pembukaan UUD 45, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum.

"Konsep yang didalamnya sebagai pegangan untuk mencapai tujuan bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu ketetapan warga Indonesia, apalagi kita ini kompleks, baik dalam Budaya, Ras, warna kulit, agama dan lain-lain, oleh karena itu untuk memcapai tujuan bangsa kita, Indonesia harus bersatu membentuk kekuatan sehingga dapat rukun, damai kuat dan dinamis, untuk mempersatukan Indonesia," jelas dia.

Menurut dia, Pancasila memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab,  Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dengan meningkatkan semangat kebangsaan dan memperkuat jati diri bangsa, serta menjadi tonggak dimulainya upaya-upaya meningkatkan toleransi antar Suku dan Agama.

"Selanjutnya, pembangunan di Indonesia dilakukan dalam Aspek kehidupan Kebangsaan, Ekonomi, Politik, Hukum, Pertahanan dan keamanan berbangsa pada nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia merupakan pekerjaan besar yang melibatkan semua unsur Bangsa Indonesia, menipisnya kesadaran pluralisme dan semangaat kebangsaan merupakan suatu tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia," kata dia.

Ditempat yang sama, Subagiyo selaku Ketua STIH Muhammadiyah Kalianda salah satu pemberi materi pada dialog tersebut mengemukakan, pentingnya dialog  kebangsaan dalam konteks multikultural. Dengan demikian, perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar.

"Dunia makin menyempit, interaksi beda peradaban makin meningkat. Modernisasi ekonomi dan sosial dunia: Tercerabutnya identitas lokal & memperlemah negara-negara sebagai sumber identitas, barat menjadi episentrum kekuatan budaya, tentunya akan berdampak pada karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan berkompromi dibanding karakteristik dan perbedaan politik dan ekonomi," ujarnya.

Sambungnya mengatakan, konteks agama masuk dalam adalah Pancasila, maka ujar dia, Pancasila mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama.

"Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme . Nilai-nilai Pancasila yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Pengertian Multikulturalisme pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang  menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Kasdim 0421 Lampung Selatan, Mayor. Inf. Anwar berpendapat, kemerdekaan Indonesia terwujud, karena bersatu, bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berjuang.  Nilai yang terkandung semangat kebangsaan, paham kebangsaan dan rasa kebangsaan.

"Kita lihat bahwa Nasionalisme sudah luntur karena kurangnya pemahaman Pancasila dan mudahnya diadu domba dalam kepentingan pribadi dan kepentingan politik. Mengatasi masalah dan tantangan kebangsaan, Indonesia harus milik jati diri kuat dan sesuai dengan budayanya bukan budaya asing,"jelasnya.

Informasi yang dihimpun, kegiatan tersebut selain dihadiri perwakilan dari pemerintah, forkopimda, hadir juga Ketua FKUB Lampung Selatan KH. Nafis Mustafa, Ketua Muhammadiyah Lampung Selatan Drs. Muhlisin, Ketua FKDM Lampung Selatan Azhari Alamsyah, Tokoh Masyarakat, tokoh agama, masyarakat dan mahasiswa. (Kur)