Kaliandanews.com - Ardian Syaf Seorang komikus Indonesia, yang terlibat dalam pembuatan komik X-Men, menyusupkan aksi 212 dan Surah Al Maidah dalam sebuah komik Marvel. Karya itu terbit dalam X-Men Gold #1.
Kontroversi Al Maidah 51 diketahui menyeret Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ke pengadilan. Lalu muncul unjuk rasa besar-besaran pada 2 Desember 2016 yang kemudian disebut sebagai aksi 212.
Al Maidah 51 disusupkan di baju Colossus, seorang tokoh X-Men yang sedang bermain baseball, dengan tulisan QS 5:51 - atau Quran Surat Al Maidah 51 di dadanya.
Sementara aksi 212 dimunculkan sebagai grafiti di dinding sebuah gedung, saat Kitty Pryde menyerukan toleransi kepada sekelompok manusia - dan di kejauhan, terletak persis di pinggir kepala Kitty Pride, seorang mutan Yahudi, tertulis kata Jewelry (sebagai papan nama toko perhiasan) dengan penekanan pada Jew, atau Yahudi.
Angka 212 di dinding bangunan, dan di bagian lain ada tulisan Jewelry, 'perhiasan,' namun ditafsirkan sebagai cara untuk menonjolkan kata 'Jew,' Yahudi, yang disebut juga dalam Al Maidah.
"Menyalahgunakan properti Marvel untuk pesan politiknya yang intoleran. Jelas tanpa seizin yang punya properti. Itu masalahnya," kata pengamat komik yang juga anggota Dewan Kesenian Jakarta, Hikmat Darmawan dikutip dari BBC, Senin (10/4).
Marvel mengatakan telah menjatuhkan sanksi dan menyebut bahwa yang dilakukan Ardian Syaf bertentangan dengan nilai-nilai Marvel dan sikap X-Men sejak diciptakan. Upaya mengkonfirmasi Ardian Syaf belum membuahkan hasil. Namun di akun Facebook dan Twitter, Ardian Syaf membela diri atas tindakannya.
Menyusul kontroversi itu, Ardian justru memajang gambar asli karyanya yang dipermasalahkan itu sebagai sampul laman Facebook miliknya. Ia juga memampang diskusinya dengan seorang pengeritiknya, yang di dalamnya Ardian melakukan pembelaan.
Komikus asal Tulung Agung itu menulis bahwa ia sudah menjelaskan kepada Marvel apa yang dia lakukan. Disebutkan, bahwa QS 5:51 mengacu pada Al Maidah 51 dan 212 mengacu pada 'aksi damai 2 Desember 2016, "yang dilakukan karena seorang gubernur melakukan penistaan terhadap Kitab Suci kami, dan polisi tak memperlakukannya sebagai penista. Ada tujuh juta orang yang melakukan aksi damai ini."
"QS 5:51 adalah ayat yang ia olok-olok. Ini sangat membekas dalam ingatan saya."
Ia juga menyebut, menuliskan referensi terkait aksi 212 dan Al Maidah 51 itu setelah turut serta dalam unjuk rasa 2 Desember 2016.
Dalam pernyataannya yang disiarkan pertama kali oleh ComicBook.com, Marvel menyatakan bahwa, "Acuan (Al Maidah 51 dan aksi 212) itu tidak mencerminkan pandangan penulis, editor, atau siapa pun di Marvel, dan merupakan hal yang bertentangan langsung dengan keinkusifan Marvel Comics dan sikap yang diperjuangkan X-Men sejak diciptakan."
"Lembar gambar ini akan dihilangkan dari pencetakan berikutnya serta versi-versi digitalnya, dan akan sanksi indisipliner dijatuhkan (kepada Ardian Syaf)."
Hikmat mengatakan, dilihat dari posting-posting di media sosial sesudah meruyaknya kasus ini, "Ardian Syaf memang tampaknya tak merasa bersalah."
Ia bahkan menyarankan publik untuk segera membeli komik itu karena akan menjadi barang langka, mengingat edisi selanjutnya akan diterbitkan tanpa lembar karyanya itu.
"Ardian Syaf sendiri sebelum ini sudah sering bikin sisipan-sisipan seperti ini. Misalnya, dia menyisipkan gambar warung pecel lele dan Monas di lanskap kota Gotham, atau gambar Jokowi di sebuah komik DC Comics, dan gambar buku-buku Islam di meja Clark Kent dalam komik Superman yang dia gambar," jelas Hikmat.
Kali ini menjadi heboh, selain karena diributkan di media sosial karena dianggap pesannya mengandung pesan intoleransi dan atau kebencian pada kelompok agama lain. "Apalagi ada pesan subliminal anti-Yahudi dalam komik yang didapuk sebagai membawa pesan keragaman dan toleransi," tambah Hikmat.
Dalam percakapan yang diposting di laman Facebooknya, Ardian Syaf menyebut bahwa halaman yang jadi masalah itu digambar sepulang mengikuti aksi 212. Hikmat menyebut, sebelumnya pernah terjadi juga kehebohan penyusupan pesan terkait Marvel.
"Saat itu, katanya, (komikus) Ed Brubaker menyisipkan cukup gamblang pesan anti Tea Party (sebuah kelompok ultra konservatif di Partai Republik) dalam komik Captain America. Diprotes cukup besar-besaran," kata Hikmat.
Tak jelas apakah ada sanksi, namun Marvel menyampaikan permintaan maaf kepada Tea Party.
Ardian adalah salah satu dari sekitar 50 perupa Indonesia yang sekarang berkarya, terlibat dan bekerja di industri komik internasional.
"Mereka bekerja sebagai penggambar (penciller), inker, colorist, atau pembuat gambar sampul di penerbit-penerbit komik Amerika, Belanda, dan Jepang. Kebanyakan di Amerika Serikat, dan sebagian memegang judul-judul besar di DC Comics dan Marvel," tandasnya. (Merdeka)
Komik X-Men. ©2017 marvel |
Al Maidah 51 disusupkan di baju Colossus, seorang tokoh X-Men yang sedang bermain baseball, dengan tulisan QS 5:51 - atau Quran Surat Al Maidah 51 di dadanya.
Sementara aksi 212 dimunculkan sebagai grafiti di dinding sebuah gedung, saat Kitty Pryde menyerukan toleransi kepada sekelompok manusia - dan di kejauhan, terletak persis di pinggir kepala Kitty Pride, seorang mutan Yahudi, tertulis kata Jewelry (sebagai papan nama toko perhiasan) dengan penekanan pada Jew, atau Yahudi.
Angka 212 di dinding bangunan, dan di bagian lain ada tulisan Jewelry, 'perhiasan,' namun ditafsirkan sebagai cara untuk menonjolkan kata 'Jew,' Yahudi, yang disebut juga dalam Al Maidah.
"Menyalahgunakan properti Marvel untuk pesan politiknya yang intoleran. Jelas tanpa seizin yang punya properti. Itu masalahnya," kata pengamat komik yang juga anggota Dewan Kesenian Jakarta, Hikmat Darmawan dikutip dari BBC, Senin (10/4).
Komik X-Men. ©2017 marvel |
Menyusul kontroversi itu, Ardian justru memajang gambar asli karyanya yang dipermasalahkan itu sebagai sampul laman Facebook miliknya. Ia juga memampang diskusinya dengan seorang pengeritiknya, yang di dalamnya Ardian melakukan pembelaan.
Komikus asal Tulung Agung itu menulis bahwa ia sudah menjelaskan kepada Marvel apa yang dia lakukan. Disebutkan, bahwa QS 5:51 mengacu pada Al Maidah 51 dan 212 mengacu pada 'aksi damai 2 Desember 2016, "yang dilakukan karena seorang gubernur melakukan penistaan terhadap Kitab Suci kami, dan polisi tak memperlakukannya sebagai penista. Ada tujuh juta orang yang melakukan aksi damai ini."
"QS 5:51 adalah ayat yang ia olok-olok. Ini sangat membekas dalam ingatan saya."
Ia juga menyebut, menuliskan referensi terkait aksi 212 dan Al Maidah 51 itu setelah turut serta dalam unjuk rasa 2 Desember 2016.
Dalam pernyataannya yang disiarkan pertama kali oleh ComicBook.com, Marvel menyatakan bahwa, "Acuan (Al Maidah 51 dan aksi 212) itu tidak mencerminkan pandangan penulis, editor, atau siapa pun di Marvel, dan merupakan hal yang bertentangan langsung dengan keinkusifan Marvel Comics dan sikap yang diperjuangkan X-Men sejak diciptakan."
"Lembar gambar ini akan dihilangkan dari pencetakan berikutnya serta versi-versi digitalnya, dan akan sanksi indisipliner dijatuhkan (kepada Ardian Syaf)."
Hikmat mengatakan, dilihat dari posting-posting di media sosial sesudah meruyaknya kasus ini, "Ardian Syaf memang tampaknya tak merasa bersalah."
Ia bahkan menyarankan publik untuk segera membeli komik itu karena akan menjadi barang langka, mengingat edisi selanjutnya akan diterbitkan tanpa lembar karyanya itu.
"Ardian Syaf sendiri sebelum ini sudah sering bikin sisipan-sisipan seperti ini. Misalnya, dia menyisipkan gambar warung pecel lele dan Monas di lanskap kota Gotham, atau gambar Jokowi di sebuah komik DC Comics, dan gambar buku-buku Islam di meja Clark Kent dalam komik Superman yang dia gambar," jelas Hikmat.
Kali ini menjadi heboh, selain karena diributkan di media sosial karena dianggap pesannya mengandung pesan intoleransi dan atau kebencian pada kelompok agama lain. "Apalagi ada pesan subliminal anti-Yahudi dalam komik yang didapuk sebagai membawa pesan keragaman dan toleransi," tambah Hikmat.
Dalam percakapan yang diposting di laman Facebooknya, Ardian Syaf menyebut bahwa halaman yang jadi masalah itu digambar sepulang mengikuti aksi 212. Hikmat menyebut, sebelumnya pernah terjadi juga kehebohan penyusupan pesan terkait Marvel.
"Saat itu, katanya, (komikus) Ed Brubaker menyisipkan cukup gamblang pesan anti Tea Party (sebuah kelompok ultra konservatif di Partai Republik) dalam komik Captain America. Diprotes cukup besar-besaran," kata Hikmat.
Tak jelas apakah ada sanksi, namun Marvel menyampaikan permintaan maaf kepada Tea Party.
Ardian adalah salah satu dari sekitar 50 perupa Indonesia yang sekarang berkarya, terlibat dan bekerja di industri komik internasional.
"Mereka bekerja sebagai penggambar (penciller), inker, colorist, atau pembuat gambar sampul di penerbit-penerbit komik Amerika, Belanda, dan Jepang. Kebanyakan di Amerika Serikat, dan sebagian memegang judul-judul besar di DC Comics dan Marvel," tandasnya. (Merdeka)