Pemprov Lampung Bantu Gali Kapal Eropa yang Tertimbun Akibat Letusan Krakatau di Bakauheni
-->
Kategori Berita

Label

Iklan

Header Menu

Sabtu, 30 September 2017

Pemprov Lampung Bantu Gali Kapal Eropa yang Tertimbun Akibat Letusan Krakatau di Bakauheni

Ilustrasi letusan krakatau 1883 | net
Bakauheni, kaliandanews - Pemerintah Provinsi Lampung mendukung Tim Eksplorasi Krakatau mencari kapal buatan Eropa yang terdampar di Desa Kelawi, Dusun Kepayang, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883.

"Dari segi kajian memang masuk akal. Kita kembali mencari kapal yang sempat terhenti di awal oktober mendatang," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Sutono di Bandarlampung, Jumat (29/9).

 Ia mengatakan apabila kapal kuno tersebut ditemukan, akan dijadikan destinasi wisata unggulan Lampung. Lampung, lanjutnya, memiliki Gunung Krakatau yang sangat mendunia dan penemuan ini menjadi situs purbakala.

 "Bisa kita jadikan paket wisata Lampung Krakatau Festival," kata Sutono yang juga mantan Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan itu.

Penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang, menurut inisiator Tim Eksplorasi Krakatau Hadi Subroto, didapat dari pemetaan dampak letusan Krakatau. 

"Kita juga menganalisa berdasarkan foto satelit, pada wilayah tersebut ditemukan penampakan yang diduga jejak longsor sebuah kapal," ujarnya.

Untuk menguatkan dugaan tersebut, dia membuat simulasi peraga dengan miniatur Bukit Kepayang berbahan pasir dan miniatur kapal kayu. Setelah pengujian dengan hasil simulasi peraga dan jejak di foto satelit, sangat identik.

Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung juga melakukan uji geolistrik di atas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun tanah, dimana pengambilan data dilakukan secara melintang dari timur-barat.

 "Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri, yang paling mendekati adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi terguling," kata Hadi.

Tim mulai menggali sampai akhirnya membentur plat baja besi yang diduga dinding kapal pada kedalaman 32,5 meter. 

"Ini seperti bukit. Awalnya kami menggunakan alat seadanya, disusul eskavator untuk mengeruk bagian bawah. Kami berhenti karena biaya. Semoga dengan bantuan Pemprov Lampung, ini bisa dilanjutkan kembali," ucap Hadi.

Seorang pekerja yang dari awal ikut penggalian, Suyitno, menuturkan dia menemukan tanah bercampur oli saat menggali.

 "Saat penggalian pada 2014, ada dua yang bekerja. Satu di atas dan saya di bawah, lalu tangan saya terkena seperti oli saat menggali," kata Suyitno. (Antara)