![]() |
Hamdani, Anggota DPRD Lamsel |
KALIANDA, KALIANDANEWS – Sejumlah warga di dua desa di Penengahan, Lampung Selatan, merasa dibunuh pelan-pelan. Setiap hujan, air lumpur, dan pasir dari Jalan Tol Trans Sumatera semakin menganggu permukiman dan persawahan mereka.
Marlina, warga PKS, mengatakan air
dari tol seperti air terjun saat hujan. Seluruh drainase yang dibuat dalam
kecuraman mengarah ke rumahnya. Saat hujan biasa banjir merendam rumahnya
hingga ketinggian satu setengah meter.
Kades Penengahan Ariyantoni melihat
drainase yang dibangun pengembang tidak mengikuti sistem tata salir yang benar,
mulai dari diameter sampai pertimbangan kecuraman. Ia yakin, permukiman di sana
tenggelam jika hujan besar datang.
Karyanto, warga Tetaan, mengatakan
dampak tol tidak hanya mengancam permukiman, tetapi juga persawahan.
Gorong-gorong tol membanjiri sawah, tidak hanya dengan air, tetapi juga lumpur
dan pasir.
Menurut Karyanto, mereka merasa
dibunuh pelan-pelan. Pengembang jalan tol PP dan HK pernah janji
memperbaikinya. “Tetapi hingga sekarang kedua perusahaan itu seperti memainkan
warga saja,” ujarnya.
Komisi C dan B DPRD Lampung Selatan
kembali mengunjungi dua desa tersebut Sabtu, 16 Februari 2019. Salah satu
anggotanya, Hamdani, melihat PP dan HK tidak serius menangani dampak tol. Ia
berjanji akan mengundang kedua perusahaan tersebut hearing terbuka. “Jangan
sampai warga di sana memblokir jalan tol,dan pihak pengembang jangan mengumbar
janji mania terus” katanya.