Foto saat panitia tiba tibatiba menghent permainan gitar tunggal |
KALIANDA,KALIANDANEWS - Acara Malam Peduli Tsunami Selat Sunda yang digelar di Gor Way Handak (GWH) Kalianda, Lampung Selatan, pada sabtu malam (16/02/2018), nampaknya meninggalkan kesan yang cukup memprihatinkan, khususnya bagi pegiat kesenian Lampung Selatan.
Bagaimana tidak, Kesenian Lampung berjenis lantunan gitar musik daerah (Gitar Tunggal) yang sudah tersohor diberbagai plosok negeri ini, terkesan disepelekan. Apalagi kesan ini terjadi di Lampung Selatan, yang dikenal masih kental dan sering digaungkan di tingkat nasional akan adat dan budayanya.
Kesan ini tak serta merta muncul dari celotehan atau omong kosong belaka, melainkan terlontar langsung dari lidah seorang pemuda yang juga merupakan pegiat kesenian asli Lampung Selatan. Ya, Al Muhtarom namanya, diusianya yang terbilang masih muda, ia memiliki bakat yang tak dimiliki oleh anak se usianya, terlebih diusia muda menggeluti kesenian adat budaya lampung, tentu sangat membanggakan.
Namun, alih-alih ingin mengangkat dan mengenalkan kesenian lampung dengan menyanyikan dan bermain gitar tunggal di sebuah acara amal untuk menghibur para korban tsunami itu musnah, akibat tidak profesionalnya penyelenggara acara yakni dinas Pariwisata Lampung Selatan.
Video: Panitia meminta mempersingkat pada menit Ke - 7
Menurutnya, saat itu pembawa acara secara tak sopan meminta lagu tersebut dihentikan dengan alasan akan ada bintang tamu lain. Sontak hal itu membuat dirinya kebingungan, sementara lantunan lagu belum selesai di nyanyikan. “Cukup sampe sini aja, karna band ** mau tampil,” Ujar Pembawa acara seperti ditirukan oleh Al muhtarom.
“Saya sangat kecewa sekali atas perlakuan pembawa acara (MC-Red) karna lagu belum selesai sudah di hentikan inikan tak beretika namanya, kesenian kita seakan tak dipandang sehingga seenaknya menghentikan,” Ketus Al Muhtarom pemuda kelahiran Desa Pauh Tanjung Iman itu.
Al muhtarom juga menjelaskan, padahal lagu daerah Lampung mengenai Tsunami yang ia bawakan pada kesempatan itu, perdana dinyanyikan pada malam itu serta khusus diciptakan untuk para korban tsunami.
“Lagu yang berjudul (GUKHAHAN HATI) ini menceritakan kesedihan para korban tsunami yang ada di Lampung Selatan, lagu ini juga asli ciptaan saya sendiri, sengaja saya nyanyikan pertama kali di acara ini untuk para masyarakat, tapi sungguh sayang sepertinya mereka tidak menghargai lagu daerah Lampung yang saya persembahkan,” Ungkapnya dengan kekecewaan.
Tidak hanya itu, Kekecewaan lain yang didapati Al muhtarom, dari waktu tampil yang di jadwalkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada pukul 20:45 WIB, molor menjadi pukul 22:30 WIB. Tentu hal itu terkesan tidak profesionalnya panitia penyelenggara acara.
Sementara saat akan dikonfirmasi terkait kejadian tersebut, Kepala Dinas Parawisata Yuda Sukmarina tak menjawab telephone maupun pesan text Kaliandanews. (red/kur)